oleh SecretZR
Rp 10,000
TAMAT.
Bab ini lumayan cukup panjang, sekaligus bab terakhir HANTU TAMPAN PENGHUNI RUMAH KOSONG
Tapi tenang aja, versi cetaknya akan segera terbit di penerbit Red Diamond Publisher. Di sana akan ada tambahan beberapa bab extra kehidupan bahagia Megan dan Metheo. Untuk info, bisa cek sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)
Masih ada 5660 kata yang terkunci
Karya lain yang belum kamu baca juga
Bab ini berisi kisah panas Roger dan Rebecca untuk yang kedua kalinya tapi dalam keadaan Rebecca sadar dan tidak dalam pengaruh obat seperti yang pertama kalinya melakukannya dengan Roger. Bab ini berisi 10.000 kata, setara dengan 5 bab.***Cuplikan bab :Roger menghela nafas saat pinggulnya mulai ia gerakan dan mengatur agar ia tidak langsung tergoda untuk memasuki tempat yang sudah lama tak ia jangkau itu. Gerakannya lambat dan penuh perhitungan, benar-benar tepat hanya menggesek satu area yaitu garis bibir yang jelas terasa hangat itu."Haah...! A-apa yang... Haa... Nhhh... R-rasanya sangat aneh.... T-tuan...!"Roger membuat sentuhan dua daging yang memanas karena rangsangan itu semakin jelas. Ia menopang pinggang Rebecca agar tetap berada di tempat sama, sementara ia menekan miliknya lebih rapat dan menempel pada lipatan bibir itu. Roger masih bisa memimpin permainan mereka dan menahan sensasi yang baru ia rasakan itu untuk tidak segera merasa penuh. Tapi sayangnya Rebecca benar-benar awam dan baru pertama kali merasakan kenikmatan itu secara sadar, bahkan setengah sadar saat ini.***Rebecca yang merasakan cengkraman di pinggangnya melihat ke bawah dan membola. Ia menggeleng cepat dan menahan tangan Roger, mencoba melepaskan cengkraman dari pinggangnya dan merencanakan untuk segera kabur. Tapi Roger kembali menguasai pergelangan tangannya dan menguncinya. Pria itu dengan wajah datar menyuruhnya diam saat ia mulai menyentuh keindahan Rebecca dengan benda miliknya.“Aahh!! S-sakit...! Tuan, sakit—hahh!!” Rebecca mengepalkan tangannya sendiri dan memejamkan matanya kuat ketika benda itu menerobos masuk ke dalam area yang tak pernah disentuh siapapun selama ini.Roger mengerutkan dahinya saat ia baru bisa meraih setengah dari miliknya. Sebelumnya memang sempit seperti ini, tetapi saat itu ia sedang sangat kesal dan melakukannya dengan kasar tentu saja. Kali ini ia mencoba melakukannya sedikit lebih santai dan ternyata hasilnya sangat jauh berbeda. Roger menghembuskan nafas saat merasakan miliknya sudah dihisap dan dipijat di dalam sana dengan ruang yang sangat sempit. Dinding yang basah dan hangat itu memancing panas tubuhnya meningkat dari sebelumnya.“Sialan. Sempit sekali! Hey, santai sedikit atau kau akan kesakitan!”
-
Bab ini berisi extra part Aarav dan Axella, kegiatan bergelora yang mereka lakukan pertama kali dan itu terjadi di sebuah desa yang ada di Jepang.
Bab ini berisi extra part Roger dan Rebecca di Zimbabwe
-
Lambat laun Metheo merasa kepalanya kosong. Anehnya, suhu tubuhnya ikut meningkat dan pandangannya terasa pusing. Hingga pada suatu momen, Metheo menggigit leher Megan dan menggeram dengan suara dalam di lekukan leher wanita itu. Megan mengerang kesakitan dan mencakar punggung Metheo dengan kuku tajamnya.
Bab ini lumayan panjang karena berisi percintaan Megan dan Metheo yang penuh gelora dari ruang ruang makan ke ruang tamu, dan mereka juga memainkan permainan Master dan Maid, yang mana Megan hanya terbungkus oleh sehelai apron yang seksi. ❤❤❤
-
-
-
-
Bab ini berisi extra part kisah Aarav dan Axella yang kedua kalinya di desa.
-
-
-
-
-
-
Menempati rumah dengan harga murah
-
-
Setelah perjuangan susah payah itu, akhirnya Megan bisa menyeret kakinya secara paksa di depan cermin. Namun, matanya langsung melotot melihat berbagai jejak yang bersarang di tubuhnya. Ternyata reaksi teman-temannya sama sekali tidak berlebihan. Ia tahu bahwa sekarang tubuhnya jauh dari keadaan baik-baik saja.
-
-
Di sela-sela permainan panas tersebut, dengan penuh kehati-hatian Metheo mendorong tubuh Megan dalam posisi tertidur di atas pasir. Metheo memegangi belakang kepala Megan untuk membaringkan wanita itu sebelum mengungkung tubuh Megan dengan kedua lengan besarnya.Dalam keadaan mata yang masih tertutup, mereka sama-sama mengingat akan perasaan yang sedang mereka lakukan saat ini. Mereka merasa sudah pernah melakukan ciuman ini. Tapi, kapan? Apakah melalui mimpi? Tapi, rasanya itu sangat mustahil mengingat mereka bertemu baru-baru ini.Saat ciuman mereka semakin panas dan liar, suara kecipak basah atas penyatuan lidah mereka pun melebur dengan suara angin dan ombak yang mengalun merdu.
Leonora menangkupkan pelukan hangat pada pundak Shawn. Dia mengusap lembut wajah Shawn dan menggigit telinga pemuda itu. Shawn lagi-lagi menelan salivanya, napasnya memburu. Leonora pun langsung mendorong dan menindih tubuh Shawn saat pemuda itu masih tidak dapat berpikir dengan jernih.
”Megan.””Yes, Daddy?” goda Megan sembari mengalihkan pandangannya kepada Metheo. “Apakah kamu tidak ingin mencari seorang kekasih atau suami, atau memiliki anak?” tanya Metheo, hal itu seketika membuat Megan mengerutkan kening. Ia turun dari kursi yang ia duduki dan beralih ke pangkuan Metheo.”Tidak ingin. Aku hanya ingin hidup bersamamu. Aku ada rencana ingin mengadopsi anak indigo supaya dia bisa melihatmu di luar rumah ini dan kita bisa hidup bahagia bersama mereka,” jawab Megan, melingkarkan tangannya di leher Metheo. “Jika suatu hari nanti aku pergi, bagaimana?”Megan menatap Metheo dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan, sangat terlihat jelas raut kesedihan di wajah cantiknya.
-
“Nanti malam mereka akan mengatakan jumlah uang yang harus aku transfer kepada mereka. Menurutmu uangku cukup tidak, ya? Aku juga terlanjur menjanjikan pulau kepada mereka. Apakah kita harus melakukan aksi lagi? Yang aku janjikan kepada mereka tidaklah main-main,” tanya Megan yang kembali mendudukkan tubuhnya. “Tenang saja. Aku akan mengurusnya,” jawab Metheo. “Aa senangnya memiliki tuyul tampan sepertimu.” Megan memeluk tubuh Metheo dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Metheo. Aroma maskulin dari tubuh Metheo sangat mengobati rasa lelahnya.
-
Yang disuntikkan oleh Shawn sebelumnya adalah obat per4ngsang, efek dari cairan itu yang lumayan besar karena pemuda itu memasukkan dosis besar, hal itu dikarenakan dia sudah terlalu muak dengan Leonora.
Bab ini berisi extra part Justin dan Jessie ketika mereka liburan di Switzerland.
Dalam waktu yang bersamaan dengan ucapan Megan, sekarang bukan lagi tangan Metheo yang transparan, tapi begitu juga dengan tubuh Metheo. Pelukan Megan yang tadinya sangat erat, sekarang berubah karena tubuh Metheo tidak lagi bisa ia sentuh. Hal itu membuatnya kembali panik dalam tangisan kuat. “Megan, dengarkan aku. Kita saling mencintai, kita pasti akan bersama meski tidak sekarang.”“Tidak Metheo. Kita harus bersama sekarang!”Dengan pikiran yang kalut dan masih terisak-isak. Megan turun dari tempat tidur dan berlari ke lantai bawah. Tujuannya saat ini adalah dapur. Hal selanjutnya yang dilakukannya seketika membuat Metheo panik karena saat ini Megan sedang menggenggam dapur dan mengarahkan ke urat nadi di tangannya.
"Aku adalah polisi luar biasa yang sangat terlatih. Cita-citaku ingin menjadi kepala polisi, tapi sepertinya cita-cita itu hanya kenangan saja, karena well—sebentar lagi aku akan mati di tangan kalian, bukan? Hidupku sangat menyedihkan," jawab Evelyn dengan wajah sedih, seakan-akan dunianya akan sirna."Tetapi ada sesuatu yang perlu kalian tahu," lanjut Evelyn, dia menatap pria tersebut dengan puppy eyesnya."What?" Pria itu menyipitkan matanya, bersiap-siap melubangi tengkorak Evelyn."Kalau ingin membunuh orang, jangan mengulur-ulur waktumu," ucap Evelyn, kemudian langsung merebut pistol pria itu dan menembakkan ke kepala sang pimpinan kelompok.
Hancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah?Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; mahasiswa yang terkenal nakal, kejam, dan sadis, pria ternama dengan segala kekuasaan di tangannya. Menanggung dendam dari laki-laki yang mengerikan, dilecehkan, dihina, dicampakkan bahkan dibuang seperti dunia sedang bercanda dengannya. Hanya seorang wanita sebatang kara, mengapa harus menanggung segala derita? Dalam keadaan mengandung benih Shawn, Leonora kehilangan segalanya. Hanya karena satu kesalahan, malah membawanya pada lubang hitam. Lantas, bagaimana Leonora dapat bertahan? Mungkinkah ada secercah harapan yang bisa dia dapatkan? Hanya ingin tenang, tidak mampu bicara keadilan.
-
-
Ketika ia melewati pintu kamar dan melihat Tyler, Gabriel melirik wanita di dalam kamar tanpa minat."Urus wanita itu. Aku tak ingin melihatnya lagi," titah Gabriel kepada Tyler. Namun, terdapat makna terdapat makna tersirat dari ucapannya, yakni 'bunuh wanita itu'. Gabriel tidak suka melakukan s3ks dengan wanita yang sama. Karena setelah selesai, Gabriel akan membunuh wanita itu dan menghilangkan jejaknya."Dan kamu, Eun-Ho. Cari tahu siapa polisi yang menangkap Sevblong dan bunuh polisi itu beserta anggota yang terlibat," perintah Gabriel, meninggalkan Tyler dan Eun-Ho di depan kamar yang biasa digunakannya untuk berc!nta.
Gabriel tersenyum miring mendengar perkataan Hong Jun. Ia tidak pernah menyangka akan tiba saatnya ia bertemu dengan seorang wanita yang lebih mahir daripada budak s*ks di ranjangnya. Ia bergumam kepada dirinya sendiri, “Such an interesting woman.”
-
-
-
_
Kegiatan Megan dan Metheo di pantai
-
-
-
-
Bab ini berisi extra part bab 340 Haven dan Veera di ruangan kerja ketika Veera mengantarkan makanan ke perusahaan Haven.
Saat Haven menyerahkan dirinya, itu berarti Veera telah memiliki akses sepenuhnya terhadap tubuh suaminya. Ia mengecup dan mengecap kulit leher Haven yang terasa panas sambil menurunkan kemeja pria itu.
-
Orang yang pertama bangun adalah Metheo yang merasakan berat pada dadanya. Setelah membuka mata, ia menemukan Megan sedang memeluk tubuhnya dengan sangat erat dan ia pun juga memeluk tubuh wanita tersebut. Metheo tidak merubah posisinya sedikit pun. Bahkan ia juga tidak memindahkan tangannya. Setelah merasakan pergerakan dari wanita yang memeluknya, Metheo dengan cepat menutup matanya kembali.
-
Megan membebaskan tubuhnya dari pelukan Metheo, lalu ia berdiri dan membuka seluruh pakaiannya. Setelah itu ia kembali lagi ke ranjang, tapi dengan menunggingkan pantatnya kepada Metheo."Tolong, Tuan. Itu sangat gatal,” ujar Megan dengan suara mend3sah yang terdengar sensual di telinga Metheo. Sesekali ia menggoyang-goyangkan pinggulnya, mengundang hantu itu untuk memasuki dirinya.
Berisi adegan lanjutan di mobil
-
-
Bagaimana, Harus apa? Mengapa? Semuanya tersemat dalam benaknya. Rintihan tangis yang sepenuhnya belum usai. Dia segera memakai pakaiannya dengan perlahan. Setengah gemetar dengan kedok kuat yang harus dia tunjukkan. Leonora perlahan bangkit dari tempat duduknya, dengan tercium aroma khas dari cairan milik pria membalut tubuhnya. Benci! Tapi harus bagaimana?
Pria itu tersenyum tipis lalu menggenggam balik tangan anak itu. Ia mengangkat pandangannya dan kembali menatap Megan."Perkenalkan nama saya Metheo. Dan kau?”Deg! Lagi-lagi Megan terasa sangat familiar dengan nama itu. Ia masih terpana melihat pria yang mengulurkan tangan kepadanya. Lagi-lagi air matanya mengalir menatap pria tersebut.
-
-
-
Megan dengan cepat melepaskan pelukannya, lalu menatap Metheo dengan kening yang berkerut dalam."Jadi, ketika video call semalam kamu sudah berada di Belgia?"Metheo mengangguk kecil. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. "Hm."
-
-
Selamat membaca ❤
-
-
-
_
-
-
-
-
-
-
Rasa kesal seketika memenuhi dada Leonora, sedangkan Shawn hanya biasa saja melihat penampakan Leonora yang menyedihkan. Sesaat kemudian layangan dari tamparan keras mendaratkan di pipi kanan Shawn. Bersamaan dengan tatapan benci dari Leonora yang dijatuhkan kepada pemuda itu.
-
”Entahlah, aku juga tidak tahu. Sekarang beberapa kemampuanku sudah menghilang, aku tidak lagi bisa membaca pikiran orang dan juga tidak bisa mendeteksi apa yang akan terjadi.”Megan yang mendengar jawaban itu seketika langsung mendongakkan kepalanya, menatap Metheo. Hatinya langsung menjadi tidak tenang.
-
-
Saat ini Megan dan Metheo sedang duduk bersebelahan di kursi meja makan. Keduanya sedang diinterogasi oleh sahabat-sahabat Megan. "Tolong jelaskan bagaimana kau ada disini dan apa kau yakin kau adalah manusia?" tanya Rose kepada Metheo dengan ekspresi serius.
"Menjadi pelacur dalam keadaan hamil akan membawa banyak uang padamu, wanita muda. Tapi, apakah kau yakin?" Nyonya Susan membelai wajah Leonora. Ia dengan yakin mengangguk. "Saya butuh pekerjaan."***Namun, disitulah petaka baru dimulai. Shawn melihat Leonora yang bergoyang dengan liar dan tampak sangat menggoda. Tapi, tangannya justru terkepal, seperti ada rasa tidak suka. Dan Charles, dia mengikuti arah pandangan Shawn sehingga dia melihat sesuatu yang sama di depan sana.
Ini extra part bab 391 Haven dan Veera ya guys.
-
-
-
-
-
Shawn semakin mengeraskan cengkraman pada rahang Leonora, saat dia mendengar penuturan dari mulut wanita itu. Berhentilah bicara, kau tidak tahu mengenai keluargaku, kau terlalu miskin untuk tahu tentang itu," sambut Shawn yang menatap tajam wajah Leonora. Leonora merasakan sakit yang cukup dalam, namun dia tidak ingin jika terus ditindas oleh Shawn, pemuda itu sudah cukup keterlaluan.
-
-
Lantas, Shawn mengejar dan menahan tangan Leonora. Kejadiannya terlalu cepat saat Shawn menarik wanita hamil itu hingga berhasil berlabuh di dada bidangnya. “Biarkan aku menebus semua kesalahanku padamu.”
-
Krystal tidak menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan laki-laki yang dicintai oleh kakaknya.Seharusnya hari ini adalah pernikahan kakaknya, tapi ketika acara akan berlangsung, tiba-tiba kakaknya menghilang dan meninggalkan secarik surat yang mengatakan dirinya tidak bisa menikah dengan Austin, yang entah apa penyebabnya.Karena keluarga Austin merasa dipermalukan, mereka meminta krystal yang selaku adik Cindy untuk menikah dengan Austin menggantikan Cindy. Bagaimana kelanjutannya? Apakah pernikahan Austin dan Krystal akan bertahan lama, atau akan segera usai karena yang dicintai oleh Austin adalah Cindy?
-
Metheo mengangguk kecil dan memberi Megan sebuah enyum menenangkan. "Bersabarlah hingga aku berada di sana, Megan. Aku janji kita akan berc!nta hingga kau puas."
-
-
Nahas sekali, hari ini dia pulang hanya membawa sakit kepala dan rasa mual yang membuatnya seperti ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya. Tapi, selama setengah jam berjalan, ia menahan dengan susah payah.
-
-
-
-
-
_
Hingga kemudian yang ditemui hanyalah seorang pria yang telah membuat hidupnya berantakan. Pria itu Shawn, menggandeng mesra wanita berparas cantik yang bergelayut manja di lengannya. Langkah Leonora terhenti, demikian juga Shawn. Ia dan Shawn saling memandang, ada bulir basah yang luruh seketika dari sosok Leonora. Sedangkan Shawn, dia melihat pada perut buncit mantan dosennya yang terlihat menonjol. Leonora salah, sekalipun dia menggunakan korset, perutnya tetap saja menarik perhatian orang lain untuk melihat. Ia merasakan jantungnya terlalu keras dalam bekerja sehingga membuat Leonora sedikit meringis. Sedangkan Shawn, dia tak ingin berlama-lama melihat Leonora yang langsung membuatnya terdiam. Tiba-tiba saja terlintas di kepalanya, bertanya-tanya tentang kehamilan Leonora, wanita yang pernah menjadi target pembullyan olehnya beberapa bulan yang lalu.
_
Malam ini pula, Shawn disana. Menemani Leonora yang terlelap nyaman tanpa terdengar lenguhan. Leonora mungkin tenang untuk malam ini, tapi tidak demikian dengan Shawn yang jantungnya berdebar saat dia mencoba untuk mengusap perut yang sudah membulat itu.
-
-
-
-
Mendengar perkataan Shawn membuat pria paruh baya itu mengepalkan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Urat-urat kemarahan terlibat jelas di wajah dan lehernya. Dia segera membawa langkahnya ke arah meja dan meraih ponselnya yang tergeletak di sana. "Blacklist dari universitas manapun wanita yang sudah berani melecehkan putraku!" perintahnya yang tidak dapat dibantah oleh siapapun.
Meski hanya sebentar, Shawn bisa melihat wajah Leonora saat menunduk. Wajahnya yang lesu dan menunjukkan tanda kelelahan yang berlebihan, membuat Shawn meringis. Dia bahkan menggenggam tangan Leonora yang mulai dingin, kulit tubuh yang mengering membuat Shawn yakin jika wanita itu sudah tak pernah mengurus tubuhnya lagi.
-
-
Berhasil mendapatkan pekerjaan.
-
"Apa yang ingin kau tahu, huh? Ini bukan urusanmu. Ini bayiku, biarkan aku yang merawat dengan caraku. Kau pikir ... hidup setelah orang kaya yang bengis itu berhasil membuatmu masuk dalam daftar hitam orang yang tidak bisa diterima kerja, hidupmu akan berjalan normal? Bisa bepergian dengan kendaraan mewah, bisa menjinjing paper bag berupa brand-brand mahal?" Leonora menggeleng. "Itu yang kau harapkan dari kehidupanku, Shawn?"Mata Shawn menatap Leonora tepat di mata. Dia merasakan kemarahan yang Leonora salurkan hanya dengan melihat manik matanya yang sayu dan tampak redup. Dari sana pula, Shawn tahu jika wanita itu jauh dari kata baik-baik saja. "Katakan padaku, Shawn ... apakah itu yang kau harapkan dariku? Setelah kau menjebakku dan membuatku hamil seperti ini?" Leonora menggeleng tak percaya.
_
-
Bahkan, di tempat yang jauh sekalipun, orang akan tetap mengenalinya.
Tatapan mereka sempat saling bertemu pandang, tapi Shawn memilih untuk mengabaikan wanita yang pernah menjadi dosennya. Dan dia memilih untuk memasuki sebuah gedung yang jika ditilik lagi, itu adalah club hits yang menjadi tempat para dewasa muda berkumpul untuk bersenang-senang. Sedangkan Leonora hanya menghela nafas, kepalanya tertunduk sesaat dan tak ingin membuang banyak waktu di sana.
Shawn melangkah masuk ke dalam, hatinya berdebar kencang. Dia menatap bayi mungil yang terbaring di atas ranjang, seolah mencari kebenaran dari semua yang terjadi. Bayi itu berjenis kelamin perempuan, lahir prematur, tapi kabar baiknya dia terlahir dalam keadaan sehat dan baik.“Dia sehat, Tuan Shawn,” ujar dokter itu, menanggapi tatapan penuh pertanyaan Shawn. “Dia lahir prematur, tapi dia kuat. Dia akan baik-baik saja.”
-
"Gajimu minggu ini," ucap orang itu. Leonora seperti terjebak dalam labirin sebab dia tak tahu maksud dari pemilik minimarket yang memberinya gaji padahal pada kesepakatan awal, upah akan diberikan pada periode satu bulan bekerja. "T—tapi apa maksud anda? Bukankah ...." Dia menjeda ucapannya. "Maaf, tapi mulai sekarang kamu tidak bisa lagi bekerja disini."
Namun, dia menggeleng kuat saat ada sebuah bayang-bayang terlintas di memori otaknya yang berteriak jika kehamilan Leonora karena ulah mereka beberapa bulan yang lalu. Sontak, hal itu juga membuat Shawn berpikir lebih dalam lagi. "Mungkinkah jika ... anak yang dikandung olehnya adalah anakku?" Shawn menerka-nerka sambil tangannya memutar-mutar gelas kaca yang kosong berukuran kecil.
-
-
-
-
Ia susah payah mencerna keadaan wanita itu. Kaki yang telanjang tanpa alas kaki, menginjak tanah becek. Tangannya pun tak jijik baru saja digunakan untuk menjangkau banyaknya sampah yang memiliki aroma busuk. Shawn tidak bisa berpikir jernih sekarang. Yang ada di kepalanya hanya satu hal; apakah ini semua karena ulahnya?
-
“Aku mencintaimu, Leonora. Aku ingin menikahimu. Aku ingin kita bersama selama lamanya.”
-
-
Adelle langsung menyanggah, "Tidak, bukan itu. Hanya saja, sebelum Daddy jatuh sakit, dia memiliki rencana untuk menjodohkan kamu dengan Livia, anak kolega yang sangat dekat dengan Daddy yang sudah membuat janji untuk meresmikan hal itu. Dan Mommy ingin Daddy cepat sembuh, supaya perjodohan kalian bisa dilaksanakan."
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Baru kali ini dia merasakan nyeri yang menyerang bagian pundak dan pinggang. Awalnya tertatih tapi kemudian dia tetap bisa melakukan pekerjaannya hingga beberapa jam berlalu. Tepatnya pukul sebelas, pekerjaan terakhir yang dia pikir akan menjadi penutup bagi hari-harinya yang panjang dan melelahkan. Namun, saat Leonora duduk dan sedang mengatur nafas, karyawan pria lain masih sibuk mengangkut-angkut dus besar untuk dibawa ke dalam dari sebuah mobil pengangkut yang datang membawa stok bahan untuk dijajakan pada etalase.
Situasi bingung kini harus dihadapi oleh Leonora, tetapi Shawn juga sama. Dia masih berdiri, memikirkan bagaimana cara menyampaikan pada orang tuanya tentang pembatalan perjodohannya dengan Livia. Tapi, satu hal yang Shawn ketahui, tindakannya hanya akan menimbulkan kekacauan yang belum pernah dibayangkan oleh keluarganya dan keluarga Livia.
-
“Katakan, jalang! Apakah kalian telah saling mengenal sejak lama?!” desak Livia, dia mendorong Leonora dan untungnya tidak terjatuh begitu saja. “Cukup, aku bisa bicara dengan baik-baik. Jangan berbuat seperti itu, aku sangat—”Plak!Pukulan keras mendarat di pipi kanan Leonora. Wajahnya memerah sempurna, tapi Livia salah, sebab Shawn menyaksikan itu
Namun, sebelum Leonora sempat mengucapkan sepatah kata pun, Livia dengan kasar menepis tangannya. Gerakannya cepat, menyeruak seperti angin puting beliung. Leonora terdorong mundur beberapa langkah, tubuhnya terhuyung-huyung hingga akhirnya terjatuh ke lantai dengan posisi duduk.Argh ...!
Shawn benar-benar menggambarkan ayah yang baik hati dan juga suami yang perhatian—sebenarnya sedikit jauh dari prediksi Leonora. Shawn bahkan terlihat legowo melakukan ini, meskipun matanya masih setengah mengantuk. “Betapa beruntungnya aku bisa melihat ini,” gumam Leonora dengan seulas senyuman yang begitu takjub. Kata-kata itu mengalir dari lubuk hatinya, mengungkapkan rasa syukur yang mendalam meski rasa terkejutnya lebih besar ketimbang rasa kagum itu.
_
Tidurnya tidak pernah lagi nyenyak setelah kemarin dia merasakan sensasi mual yang hebat. Dan pagi ini, Leonora terbangun karena rasa mual yang membuat perutnya seperti diacak-acak. Tidak sempat duduk untuk melamun seperti biasanya, dia segera beringsut turun dari ranjang dan berlari memasuki kamar mandi. Ia berekspektasi jika rasa mual yang tak tertahankan itu akan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang disantap terakhir kali. Namun, berulang kali Leonora mencoba untuk memuntahkan isi perutnya, tidak ada satu pun potongan bekas makananan yang keluar melalui kerongkongan. Cairan kental yang warnanya sedikit keruh, dia tahu jika itu bukan bentuk muntahan yang biasa terjadi. Hanya saja, di tengah kebingungannya, Leonora masih meredakan sensasi mula yang semakin terdorong hingga ke kerongkongan.
-
Ia memiliki rasa benci terhadap janinnya, karena tak mampu untuk mengaborsi dan terlalu takut untuk bunuh diri, saat ini dia harus memendam ribuan emosi negatif yang membuatnya tak memperlihatkan aura yang baik. Ia meremas perutnya, berusaha untuk memberikan sinyal pada calon bayinya agar berhenti membuat keributan dari dalam sana. Hingga akhirnya, dia hanya fokus untuk hal itu dan tidak sadar jika sudah saat ini sudah hampir pukul sembilan. Sejak tadi, dia tak ada habisnya memberikan asupan negatif terhadap bayinya. Karena menghemat air mineral, dia justru mengambil sekaleng soda yang masih tersedia banyak dalam lemari pendingin. Cuaca memang mendung, tapi Leonora meneguk sodanya hingga tandas. Itulah cara untuk membunuh janinnya dengan cara yang tak lebih ekstrim dari aborsi; diberi asupan yang buruk agar janinnya lemah lalu mati. Sebuah skenario yang Leonora sudah pikirkan sebenarnya.
“Jadi maksudmu … kamu enggan untuk dijodohkan denganku, Shawn?” tanya Livia.
Mereka berdebat, hal yang semula kecil kini justru berubah dan secara perlahan membesar. Berujung pada perdebatan yang tiada akhir karena Livia ataupun Shawn sama-sama mempertahankan ego masing-masing.
Malam itu, semua orang di rumah mulai tahu. Shawn tidak lagi bisa menghindari kenyataan ini. Semua orang sekarang tahu bahwa dia akan bertanggung jawab kepada Leonora, dan itu berarti Shawn telah memilih jalannya sendiri—jalan yang mungkin akan membawa lebih banyak masalah ke dalam keluarga Howard.
Hari ini adalah hari yang telah mereka rencanakan, hari pernikahan yang di baliknya semuanya ternyata tersembunyi sebuah kebenaran pahit. Pernikahan mereka adalah sebuah solusi terpaksa, sebuah jalan keluar dari kesalahan yang telah Shawn buat.
“Jadi, apakah Anda dan Tuan Arlo keberatan jika perjodohan diresmikan dalam waktu dekat? Atau kita akan tetap menunggu kondisinya sehingga membaik?” tanya Ayah Livia. Adelle sedikit ragu. “Bukanlah lebih cepat akan lebih baik pula?”
Kehamilan Leonora yang sudah besar dan Adelle melihatnya dengan jelas. Namun, baginya menikahi Leonora bukanlah pilihan yang tepat, Shawn tidak seharusnya berbuat demikian. “Aku akan menikahi Leonora, Mom.” Shawn menegaskan.
-
-
Kutunggu novel nya Thor Happy ending 🥰🥰🥰
Waaahhh,,,bahagia'y... Setelah dgn perjalanan yg panjang,,, Klo udah jodoh'y ,, emang gak bakal kmn....💋💋🖤🖤🖤